Rabu, 10 Juli 2013

Fungsi Sungai Brantas Pada Masa Majapahit (1)

Tiga daerah subur, yaitu Malang, Kediri, dan Mojokerto, seakan-akan "diciptakan" oleh Sungai Brantas sebagai pusat kedudukan suatu pemerintahan, sesuai dengan teori natural seats of power yang dicetuskan oleh pakar geopolitik, Sir Halford Mackinder, pada tahun 1919. Teori tersebut memang benar adanya karena kerajaan-kerajaan besar yang didirikan di Jawa Timur, seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari, dan Kerajaan Majapahit, semuanya beribukota di dekat daerah aliran Sungai Brantas. Jika saat ini Kediri dan Malang dapat dicapai melalui tiga jalan utama, yaitu melalui Mojosari, Ngantang, atau Blitar, maka tidak demikian dengan masa lalu. Dulu orang hanya mau memakai jalur melalui Mojosari atau Blitar jika ingin bepergian ke Kediri atau Malang. Hal ini disebabkan karena saat itu, jalur yang melewati Ngantang masih terlalu berbahaya untuk ditempuh, seperti yang pernah dikemukakan oleh J.K.J de Jonge dan M.L. van de Venter pada tahun 1909. Jalur utara yang melintasi Mojosari sebenarnya saat itu juga masih sulit dilintasi mengingat banyaknya daerah rawa di sekitar muara Sungai Porong. Di lokasi itu pula, Laskar Jayakatwang yang telah susah payah mengejar Raden Wijaya pada tahun 1292 gagal menangkapnya karena medan yang terlalu sulit. Oleh karena itulah, jalur yang melintasi Blitar lebih disukai orang karena lebih mudah dan aman untuk ditempuh, didukung oleh keadaan alamnya yang cukup landai.Pada zaman dulu (namun masih bertahan hingga sekarang), daerah Blitar merupakan daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) yang paling cepat dan mudah
 Lembah Sungai Brantas
Sungai Brantas Setelah mengalir 70 km ke arah barat, mulai dari derah Kepanjen, sungai ini memasuki bagian hilir tengah yang megalir ke arah barat kemudian munuju ke utara, melalui daerah Blitar, tulungagung Kediri dan Kertosono. Pada masa dulu hilir ini daerah daha( gelang-gelang). Selanjutnya adalah bagian  hilir bawah. Pada bagian   hilir bawah ini melewati Jombang, mojokerto, Surabaya dan porong. Pada bagian ini berdasarkan prasasti paradah 1( 934), tepatnya di desa watugaluh Jombang, diperkirakan ibukota Kerajaan Sindok yang tidak jauh dari tepi sungai Brantas. Mojokerto diperkirakan wilayah dan tepatnya daerah  kerajaan majapahit pada abad XIII-XV Ciri-ciri tanah di tanah yang terdapat di lebah sungai Brantas, akibat letusan gunung Berapi ( G Anjasmara, G Welirang, G. Wilis, G arjuno, G. Semeru) yang mengapit dari hulu hingga hilir hingga muaranya. Hal ini mengakibatkan dampak yang penting bagi pertanian. Pada dataran tinggi Malang masuk dalam golongan stadia (umur) muda, mengingat aliran sungai Brantas di daerah ini masih dekat dengan hulu sungai senhingga aliran airnya deras dan sengai Brantas di daerah ini cukup sempit dari pada dataaran rendah senhingga yang kemungkinan kecil sungai Brantas di daerah ini digunakan sebagai jalur lalu lintas. Menurut sejarah geologinya, dataran rendah lembah Sungai Brantas  dari Blitar sampai Mojokerto dulunya merupakan suatu teluk lautan yang  seamakin lama terisi oleh elfata gunung berapi yang mengapitnya teruatama G. Kelud ( Daldjoeni, 1984:76).  Dari dataran ini pula sungai berantas memasuki stadia dewasa ke stadia Tua, dengan ditandai semakin lebarrnya betangan sungai dan arus jeram semakin berkurang.

            Luapan sungai Brantas yang terjadi antara abad X sampai abad XV tidak banyak tercatat dalam sejarah, meskipun dalam prasasti di sebutkan ada pembungunan pengedalian sunagi Berantas. Luapan sungai Brantas terjadi pada masa Airlangga yang membawa  kerugian material bagi kerajaan Airlangga, yang maengalami kerusakan adalah tujuh daerah  pertanian yaitu  Lasun, Palinjiwan, Sijanatyesan, Panjigatin, dan Talan yang mengakibatkan kurangnya pajak Kerajaan. Selain itu iklim juga berpengaruh dalam penagganan sunagai Berantas.
            Manfaat Sungai Brantas
1.      Bidang pertanian : pertanian pada masa majaphit di lakukan dengan system lading dengan membuka  hutan seperluannya dan juga sistem persawahan untukmemenuhi air berasal dai air tadah hujan atau air sungai. Dalam kaitanya penerapanpan teknologi pengairang atau irigasi yang memanfaat Sungai Berantas di ceritakan dalam Prasasti Kamalagyan(1037), dengan jalan membuat tambak di wiringin saptas.
Peta Kawasan irigasi abad X-XV
Tambak yang dibagung diwaringin sapta tersebut merupakan tanggul atau sebagai pengontrol sungai Brantas ketika meluap, sekaligus sebagai Tandon air yang digunakan mengaliri  pertanian dan persawahan.
2.       Jalur sungai mempunyai peran yang tidak sedikit artinya baik untuk komunikasi maupun tranportasi pada masa lampau, sebelum ada kedaran bermotor seperi sekarang. Sungai Berantas menjadi saraan tranpotasi masyarakat jaman dahulu. Brantas adalah sungai terpajang kedua setelah Bengawan Solo. Muara sungai Brantas hujung Galuh atau Canggu yang sekaligus  dekat dengan kota pelabuhan seperi Tuban, Gresik, Sidayu Surabaya yang ramai dikunjungi  oleh pedagang dari luar Kerajaan Majapahit. Hujung galuh diperkirakan sekarang sekitar kampong Galuhan kec Bubutan Kodya Surabaya pada muara  Bratas(Kali Mas). Selain Ujung Galuh, maka Canggu yang juga pelabuhan alamiah di muara Sungai Brantas tidak kalah ramai dengan Ujung Galuh. Keneradaam Canggu dinyatkan dalam prasti Trowulan I(1358). Seluruh bagian –bagian bertalian dengan perniayagaan rempah-rempah ditarik ke Pulau Jawa diman terdapat system jarring ajlan darat dan Perairan yang berpusat di Delta Sungai Brantas, bahkan Delat Sungai brantas mendekati pusat Kerajaan palaing tidak samapai di daerah Japaran dan titik itu pusat kerajaan tinggal 8-10 km saja. Letak Canggu diperkirakan di desa Canggu sebelah utara Mojokerto sekarang, masalahnya sekarang bahwa Canggu berada di pedalaman, jauh dari muara sungai Brantas atau Jauh dari Pantai. Hal ini disebabkan oleh pegeseran palungnya dari abad ke abad, bahkan dari abad ke 3 terjadi ledokan kedung lidah dekat Gresik di sampan kenaikan tanah dan penurunan tanah di sekitar Brantas. Alur transportasi perdagangan dari kota-kota pelabuahan atau kota pesisir menuju daerah pedalaman( Hinter Land) yang merupakan penditribusian hasil-hasil produksi daerah pesisir menuju daerah pedalaman. Hasil pesisir seperti garam, ikan asin dan tawar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar