Rabu, 10 Juli 2013

Sepakbola Indonesia hingga Malang

Indonesia, sepakbola  dikenalkan oleh warga Belanda dari Eropa yang berkerja pada instansi-instansi pemerintahan Hindia Belanda. Pada mulanya, sepakbola dimainkan oleh orang-orang Barat, terutama Belanda. Dalam perkembangannya sepakbola dimainkan oleh kaum Tionghoa dengan mendirikan Chineese Voetbal Bond pada 6 januari 1924 yang bertujuan orang Tionghoa semakin bangga dengan dunia sepakbola dan memperkuat kedudukannya terhadap Belanda (Aji  2010: 72). Hal ini diikuti oleh Bumi Putera yang setara dengan bangsawan, dengan bergaulnya kalangan bangsawan Bumi Putera dengan olahraga sepakbola secara alami mereka menularkan ke kaum Bumi Putera kalangan bawah. Ketenaran sepakbola dengan cepat berkembang di Jawa. Klub sepakbola pertama yang muncul di Indonesia yaitu pada tahun 1894 didirikan oleh sekelompok orang Belanda dengan nama Road-Wit (Merah Putih) dua tahun kemudian berdirilah klub sepakbola di Surabaya yang bernama Victory (Palupi 2004: 26). Setelah itu muncul banyak klub-klub sepakbola di Jawa seperti lahirnya klub sepakbola  Persebaya Surabaya pada tahun 1927, Persija Jakarta  pada tahun 1928 .  Sampai pada akhirnya, Indonesia menjadi negara yang penduduknya gemar bermain bola. Pada zaman dahulu, tepatnya zaman Kolonial, sepakbola menjadi salah satu alat perjuangan untuk menimbulkan rasa nasionalisme di kalangan penduduk bumi putera. Pada tahun 1938 Piala Dunia diadakan di Prancis yang mana Indonesia dengan nama Netherland East Indies atau Hindia Belanda sebagai wakil satu-satunya dari benua Asia (Kusuma 2010: 32).
Setelah kemerdekaan, Soekarno menjadikan olahraga sebagai salah satu alat untuk mengenalkan Indonesia ke dunia internasional, bahwa Indonesia bukan hanya negara politik tetapi negara yang juga mengenal olahraga. Bahkan Soekarno berencana membuat olimpiade tandingan yang bernama GANEFO (Games of The New Emerging Forces) pada tahun 1963.  Soekarno sangat berambisi menjadikan Indonesia  macan Asia. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya kompleks olahraga Senayan termasuk stadion  sepakbola  terbesar di Asia pada tahun 1962 yaitu Stadion Utama atau Gelora Bung Karno yang digunakan untuk Asian Games 1962 (Natakusuma 2009: 69). Pada masa pemerintahan Soeharto sepakbola kurang mendapat perhatian yang lebih. Hal ini terlihat pada pembangunan stadion masa presiden Soeharto, tidak mengalami kemajuan dibandingkan dengan pembangunan  jalan tol dan gedung pemerintahan. Selain dari perspektif industri sepakbola, tentu konflik dalam dunia sepakbola  yang timbul juga tidak luput dari permasalah sosial dan budaya dalam sebuah masyarakat. Masalah hegemoni dan pengakuan akan ‘the one and the best’ juga menjadi salah satu permasalah konflik suporter Indonesia. Persoalan chauvinisme dan fanatisme dalam sebuah masyarakat juga tidak dapat dihilangkan sebagai faktor-faktor pemicu konflik. Belum lagi soal dendam yang berasal dari peristiwa yang terjadi sebelumnya. Begitu banyak permasalahan yang timbul dalam masyarakat sehingga terbawa dalam kancah sepakbola  membuat stadion masih belum menjadi tempat yang nyaman dalam menikmati pertandingan sepakbola.
Kota Malang mempunyai tim sepakbola yang terlebih dahulu berlaga di level Nasional yaitu Persema (Persatuan Sepakbola  Malang) berdiri pada 20 Juni 1953 (Persema.co.id), tim Sepakbola milik Pemkot (pemerintah kota) Malang. Persema mendapat dukungan dana yang melimpah dari Pemerintah Kota Malang lewat APBD-nya, akan tetapi prestasi yang bergengsi di level nasional belum begitu menonjol. Persema kurang menonjol di pentas sepakbola nasional dibandingkan dengan  PS Arema dalam segi prestasi maupun pendukung atau suporter. Tidak hanya itu, hal yang menarik lainnya adalah Lucky Acub Zaenal dan menejemen PS Arema yang bisa mepertahankan klub PS Arema hingga dijual ke pihak yang berkotmitmen dan PS Arema tetap berada di Malang Raya. Hal ini yang menyebabkan penulis meneliti PS Arema sebagai klub swasta dengan prestasi dan pendukung PS Arema bertahan hingga sekarang.
PS (Persatuan Sepakbola) Arema adalah tim sepakbola yang berdiri tahun 1987 di Kota Malang dan juara era Galatama tahun  musim 1992-1993 (Mutholib, 2009: 63). PS Arema didirikan oleh H. Acub Zaenal bersama dengan anaknya yaitu Ir. Lucky Zaenal. Pada awalnya Arema adalah klub sepakbola swasta. Pada waktu Arema berdiri, Liga Indonesia dibedakan atas dua bagian: liga untuk klub semi-profesional yang bernama Galatama dan Liga Klub Perserikatan. Dalam hal pendanaan, klub-klub Perserikatan tergantung pada pemerintah daerah, sementara klub Galatama tergantung pada sponsor swasta. Arema mengikuti kompetisi Galatama pada tahun 1987 hingga Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi satu pada tahun 1994 menjadi Liga Indonesia I.
Sumber : 
Aji, R. N. B. 2010. Tionghoa Surabaya dalam Sepakbola . Yogyagkarta: Ombak
Muntholib, A. 2009. Arema Never Die. Malang: UMM Press
Natakusuma, A.2008. Drama itu Bernama Sepakbola. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Palupi,S A. 2004. Politik Sepakbola.Jakarta: Ombak

Tidak ada komentar:

Posting Komentar