Indonesia, sepakbola dikenalkan oleh warga Belanda dari Eropa yang
berkerja pada instansi-instansi pemerintahan Hindia Belanda. Pada mulanya, sepakbola
dimainkan oleh orang-orang Barat, terutama Belanda. Dalam perkembangannya sepakbola
dimainkan oleh kaum Tionghoa dengan mendirikan Chineese Voetbal Bond pada 6 januari 1924 yang
bertujuan orang Tionghoa semakin bangga dengan dunia sepakbola dan memperkuat
kedudukannya terhadap Belanda (Aji 2010:
72). Hal ini diikuti oleh Bumi Putera yang setara dengan
bangsawan, dengan bergaulnya kalangan bangsawan Bumi Putera dengan olahraga sepakbola
secara alami mereka menularkan ke kaum Bumi Putera kalangan bawah. Ketenaran sepakbola dengan cepat berkembang di
Jawa. Klub sepakbola pertama yang muncul di Indonesia yaitu pada tahun 1894
didirikan oleh sekelompok orang Belanda dengan nama Road-Wit (Merah Putih) dua tahun
kemudian berdirilah klub sepakbola di Surabaya yang bernama Victory (Palupi 2004: 26). Setelah itu muncul banyak klub-klub sepakbola di
Jawa seperti lahirnya klub sepakbola Persebaya Surabaya pada
tahun 1927, Persija Jakarta pada tahun
1928 . Sampai pada akhirnya, Indonesia menjadi negara yang penduduknya gemar bermain
bola. Pada zaman dahulu, tepatnya zaman Kolonial, sepakbola menjadi salah satu alat perjuangan untuk
menimbulkan rasa nasionalisme di kalangan penduduk bumi putera.
Pada tahun 1938 Piala Dunia diadakan di Prancis yang mana Indonesia dengan nama
Netherland East Indies atau Hindia Belanda sebagai wakil satu-satunya
dari benua Asia (Kusuma 2010: 32).
Setelah
kemerdekaan, Soekarno menjadikan olahraga sebagai salah satu alat untuk mengenalkan
Indonesia ke dunia internasional, bahwa Indonesia bukan hanya negara politik
tetapi negara yang juga mengenal olahraga. Bahkan Soekarno berencana membuat olimpiade tandingan yang
bernama GANEFO (Games of The New
Emerging Forces)
pada tahun 1963. Soekarno sangat
berambisi menjadikan Indonesia macan
Asia. Hal ini dibuktikan dengan dibangunnya kompleks olahraga Senayan termasuk
stadion sepakbola terbesar di Asia pada tahun 1962 yaitu Stadion
Utama atau Gelora Bung Karno yang digunakan untuk Asian Games 1962 (Natakusuma
2009: 69). Pada masa pemerintahan Soeharto sepakbola kurang mendapat perhatian
yang lebih. Hal ini terlihat pada pembangunan stadion masa presiden Soeharto, tidak
mengalami kemajuan dibandingkan dengan pembangunan jalan tol dan gedung pemerintahan. Selain dari perspektif industri sepakbola,
tentu konflik dalam dunia sepakbola yang timbul juga
tidak luput dari permasalah sosial dan budaya dalam sebuah masyarakat. Masalah
hegemoni dan pengakuan akan ‘the one and the best’ juga menjadi salah
satu permasalah konflik suporter Indonesia. Persoalan chauvinisme dan fanatisme dalam sebuah masyarakat juga tidak dapat dihilangkan sebagai faktor-faktor
pemicu konflik. Belum lagi soal dendam yang berasal dari peristiwa yang terjadi
sebelumnya. Begitu banyak permasalahan yang timbul dalam masyarakat sehingga
terbawa dalam kancah sepakbola membuat stadion
masih belum menjadi tempat yang nyaman dalam menikmati pertandingan sepakbola.
Kota Malang
mempunyai tim sepakbola yang terlebih dahulu berlaga di level
Nasional yaitu Persema (Persatuan Sepakbola
Malang) berdiri pada 20 Juni 1953 (Persema.co.id), tim Sepakbola milik Pemkot (pemerintah kota) Malang.
Persema mendapat dukungan dana yang melimpah dari Pemerintah Kota Malang lewat
APBD-nya, akan tetapi prestasi yang bergengsi di level nasional belum begitu menonjol. Persema kurang menonjol di pentas sepakbola nasional dibandingkan dengan PS Arema dalam segi prestasi maupun pendukung
atau suporter. Tidak hanya itu, hal yang menarik lainnya adalah Lucky
Acub Zaenal dan menejemen PS Arema yang bisa mepertahankan klub PS Arema hingga
dijual ke pihak yang berkotmitmen dan PS Arema tetap berada di Malang Raya. Hal
ini yang menyebabkan penulis meneliti PS Arema sebagai klub swasta dengan
prestasi dan pendukung PS Arema bertahan hingga sekarang.
PS (Persatuan Sepakbola)
Arema adalah tim sepakbola yang berdiri tahun 1987 di Kota Malang dan juara era Galatama tahun
musim 1992-1993 (Mutholib, 2009: 63). PS Arema
didirikan oleh H. Acub Zaenal bersama dengan anaknya yaitu Ir. Lucky Zaenal. Pada
awalnya Arema adalah klub sepakbola swasta. Pada waktu Arema berdiri, Liga
Indonesia dibedakan atas dua bagian: liga untuk klub semi-profesional yang bernama
Galatama dan Liga Klub Perserikatan. Dalam hal pendanaan, klub-klub
Perserikatan tergantung pada pemerintah daerah, sementara klub Galatama tergantung pada sponsor swasta. Arema mengikuti kompetisi Galatama pada tahun 1987
hingga Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi satu pada tahun 1994 menjadi
Liga Indonesia I.
Sumber :
Sumber :
Aji, R. N. B. 2010. Tionghoa Surabaya dalam
Sepakbola . Yogyagkarta: Ombak
Muntholib,
A. 2009. Arema Never Die. Malang: UMM
Press
Natakusuma, A.2008. Drama itu Bernama Sepakbola.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo
Palupi,S A. 2004. Politik Sepakbola.Jakarta: Ombak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar